PTK INAIFAS 2019. (Oleh: HISYAM FARUQ)

 



Nama: HISYAM FARUQ

NIM: 201944012681 (MADIN)

 

 

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ATAU SANTRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY LEARNING PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN MATERI HUKUM NUN SUKUN & TANWIN, HUKUM MIM SUKUN, MADIN DAN TPQ ‘’AL-MUSYARROF’’ DESA KANDANGAN KECAMATAN SENDURO KAB. LUMAJANG TAHUN AJARAN 2021-2022

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Diantara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah metode. Pengkajian terhadap metode memang menjadi bahan diskusi yang aktual dan menarik, sebab metode turut menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, metode mesti dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan zaman.

Pendidikan sebagai sutau sistem, apabila dikaitkan dengan hasil belajar anak sebagai hasil pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh anak didik saja, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri anak maupun dari luar diri anak. Pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh faktor keluarga dan lingkungan siswa tersebut tinggal. Seperti kurangnya perhatian orang tua dalam pendidikan khususnya pada pembelajaran baca AlQur’an. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam. Sedangkan Hadis adalah sumber ajaran/ hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an dan Hadis mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberadaan Al-Qur’an, karena sebagian ayat Al-Qur’an memang merupakan ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan dan perincian. Sebagai alat untuk meresapi keyakinan dan ketundukan kepada Maha Pencipta, maka termasuk kedalam ruang lingkup ini pelajaran membaca AlQur’an yang sesuai dengan segala aturannya, ibadah dan keimanan.

Permasalahan dalam pembelajaran, khususnya Al-Qur’an adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik, sehingga tercipta interaksi edukatif. Kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar membuat siswa jemu, hasilnya mutu pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Metode merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Seorang guru harus mampu menetapkan dan menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan konten atau isi pembelajaran. Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru dalam melakukan proses pembelajaran harus menguasai metode mengajar. Dengan menggunakan metode mengajar, guru akan mampu mengelola pembelajaran secara baik.

Metode pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan pembelajaran sehingga pencapaian hasil belajar dapat optimal. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke arah yang dicapai.

Metode pembelajaran yang dipilih tentunya didasarkan pada kelogisan berpikir. Kelogisan berpikir memiliki maksud bahwa metode pembelajaran biasanya didasarkan pada prinsip menjelaskan materi dari konkret ke abstrak, dan dari hal mudah ke hal yang sukar. Yaitu metode yang digunakan dalam pembelajaran harus bisa membantu mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran.

Saat ini metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Al-Qur’an di lembaga ‘’AL-MUSYARROF’’ yaitu guru menggunakan metode pembelajaran langsung atau lebih dikenal dengan metode ceramah dan metode latihan. Kekurangan dari pembelajaran langsung adalah siswa lebih banyak dijadikan sebagai objek, dan guru sebagai subjek. Sehingga tampak bahwa siswa kurang semangat dalam belajar.

Akan tetapi kami menggunakan sebuah mettode dari PCNU JEMBER yang bernama ‘’ALLIMNA’’ bisa menolak kefahaman metode ceramah, dikarenakan ada bimbingan pedoman guru untuk berkreasi berinteraksi dengan siswa atau santri.

Hal inilah yang menjadi dasar melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jika hari ini guru kurang puas dengan proses pembelajaran, dia berusaha memperbaikinya untuk besok, begitu seterusnya. Ketidakpuasan guru dalam proses pembelajaran mencirikan adanya masalah. Masalah tersebut muncul dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki. Bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih dominan akan diubah, dengan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa, untuk lebih aktif. Salah satu metode yang banyak melibatkan siswa adalah metode Inquiry.

Metode Inquiry merupakan salah metode dalam pembelajaran. Pendekatan “Inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “Inquiry” adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar.

Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode Tanya jawab.

Mempelajari Hukum bacaan dalam belajar membaca Al-Quran sangatlah penting agar santri dapat membaca AL-Quran sesuai dengan kaidah-kaidahnya agar dapat membaca dengan baik dan benar.,dikarenakan Al-Quran di turunkan bersama dengan tajwidnya.

Adapun dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

1.      Guru dalam melakukan proses pembelajaran harus menguasai metode mengajar. Dengan menggunakan metode mengajar, guru akan mampu mengelola pembelajaran secara baik.

2.      Metode Inquiry Learning salah satu metode yang menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membuktikan kegunaan Metode Inquiry Learning melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan mengambil judul: ” UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ATAU SANTRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY LEARNING PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.      Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pelajaran Al-Qur’an sebelum menggunakan metode Inquiry Learning pada siswa atau santri di lembaga MADIN & TPQ AL-MUSYARROF?

2.      Bagaimana hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Al-Qur’an setelah menggunakan metode Inquiry Learning pada siswa atau santri di lembaga MADIN & TPQ AL-MUSYARROF?

3.      Apakah penerapan metode Inquiry Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadis di lembaga MADIN & TPQ AL-MUSYARROF?

 

 

C.     Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1.      Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada pelajaran Al-Qur’an terutama tentang ilmu tajwid yang diterapkan dalam baca AL-QURAN.

2.      Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran baca Al-Qur’an

 

 

D.    Manfaat penelitian

Dengan diadakan hasil penelitian ini diharapkan mendapat beberapa manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori metode Inquiry Learning pada pembelajaran baca Al-Qur’an.

2.      Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran agama islam, khususnya peningkatan keaktifan dan hasil belajar.

3.      Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan hasil belajar pada pembelajaran baca Al-Qur’an.

4.      Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya proses pembelajaran dengan metode Inquiry Learning pada pembelajaran baca AlQur’an.

 

BAB II

LANDASAN TEORITIS

 

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah key term, ’istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia.

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.

Dalam perspektif keagamaan pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 juga berbunyi:

يَرْفَعِ اللهالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا العِلْمَ دَرَجَاتٍ 

Artinya: “. . . Nisacaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu”.

Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntunan zaman, selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi kehidupan banyak orang di samping bagi kehidupan diri pemilik ilmu itu sendiri.

Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Whiteringon mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil penelitian, melainkan perubahan kelakuan.

Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Psikologi belajar : bahwa belajar sebagai “ Learning is a process of progressive behaviour adaptation”. berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku yang berlangsung secara progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar terjadi suatu perubahan yang sifatnya progresif, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu, belajar juga menunjukkan suatu proses, yang berarti membutuhkan waktu sampai mencapai sesuatu hasil, dan hasilnya merupakan peilaku yang lebih sempurna dari pada perilaku sebeumnya. Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang bukan hanya mengingat tapi memahami dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan.

 

b. Pengertian Hasil

Belajar Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasi belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan belajar”. 13 hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999), belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu :

1)      Pengetahuan tentang fakta

2)      Pengetahuan tentang prosedural

3)      Pengetahuan tentang konsep

4)      Pengetahuan tentang prinsip

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu :

1) Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif

2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik

3) Keterampilan bereaksi atau bersikap

4) Keterampilan berinteraksi

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai siswa.

Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu prores dari seeseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan kegiatan atau pembelajaran atau kagiatan instruksional, biasanya guru menetap tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Dari definisi hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seorang anak setelah melalui proses pembelajaran berupa pengetahuan dan sifatnya cenderung menetap.

 

d. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang ingin dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruh terhadap hail belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial , ekonomi, dan faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa, merupakan hal yang logi dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar dalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan kadanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.

Sungguhpun demikian hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasaldari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya, pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani, maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasaran, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu ada dua, yaitu pertama, faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang meliputi: kecerdasan, minat, motivasi, perhatian, serta kondisi fisik dan kesehatan. Kedua, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, yang meliputi: keluarga, sekolah dan masyarakat.

e. Tujuan Hasil Belajar

Pelaksanaan penilaian hasil belajar pada proses belajar mengajar bertujuan untuk:

1)      Mengetahui kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota kelompok/kelas setelah ia mengikuti pendidikan dan pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2)      Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu. Komponen pembelajaran itu misalnya menyangkut perumusan materi pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, media, sumber belajar, dan rancangan sistem penilaian yang dipilih.

3)      Menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa, dan

4)      Membantu siswa untuk memilih sekolah, pekerjaan, dan jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, perhatian, dan kemampuannya.

Dari tujuan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar pada dasarnya tidak hanya sekedar mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses pembelajaran, seperti guru. Tujuan belajar pada materi ini diharapkan :

1) dapat menjelaskan tujuan penilaian hasil belajar;

2) dapat menyebutkan fungsi penilaian hasil belajar metode, dan media pembelajaran.

Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut:

1)      Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusanrumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.

2)      Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.

3)      Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan pelajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

 

f. Efisiensi Hasil Belajar

Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisiensi kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lainlain hal yang relevan dalam kegiatan belajar.

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat Islam, penjamin keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an atau sering pula disebut dengan kitabullah merupakan sumber utama ajaran Islam. Di dalamnya terdapat berbagai prinsip dan ajaran dasar Islam yang meliputi akidah, syari’ah dan akhlak. Mengingat pentingnya kedudukan Al-Qur’an dalam Islam, ia menjadi objek utama dan pertama dalam hukum Islam guna menetapkan suatu hukum. Lafaz dan makna Al-Qur’an langsung berasal dari Allah SWT. sehingga segala sesuatu yang diilhamkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW.

Hukum membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan-aturan Tajwid, adalah fardhu ain, yang merupakan kewajiban pribadi. Membaca Al-Qur’an sebagai sebuah ibadah haruslah dilaksanakan sesuai ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum dalam Ilmu Tajwid.

1) Pengertian Idgham Bighunnah

Idgham Bighunnah adalah hukum bacaan nun mati (ن)dan tanwin apabila bertemu dengan huruf hidup dari salah satu huruf ya (ي) nun (ن)mim ( م) wawu (و)sekira jadi satu, sehingga seperti huruf yang bertasydid. Sedang ghunnahnya itu berarti memasukkan huruf yang hidup disertai dengung. Bacaan Idgham Bilaghunnah yaitu : Ketentuan bacaan idghom bighunnah tidak berlaku lagi jika nun mati berada dalam satu kata. Hukum bacannya wajib dibaca idhar atau bunyi nun jelas dibaca tanwin/mati

2) Pengertian Idgham Bilaghunnah

Idgham Bilaghunnah adalah hukum bacaan nun mati (ن)atau tanwin apabila bertemu dengan huruf hidup dari salah satu huruf lam (ل)dan ra (ر)dan sekira jadi satu sehingga seperti huruf bertasydid. Bilaghunnah yaitu memasukkan huruf tersebut dengan tidak berdengung. Cara membacanya : a) Bunyi bacaan nun sukun atau tanwin dimasukkan kepada huruf idgam bilagunnah. b) Harus memendekkan suara tanpa dengung dengan panjang setengah alif atau satu harkat. c) Nun sukun atau tanwin ketika bertemu idgam bilagunnah harus pada dua kalimat.

b. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah salah satu mata pelajaran di TPQ maupun Madrasah Diniyyah yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut  tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Salah satu ruang lingkup mata Al-Qur’an adalah Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Tajwid

Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an. Kesalahan dalam membaca Al-Qur’an dibagi menjadi yaitu :

1) Allahnul jaliyyu, adalah kesalahan yg terjadi ketika membaca lafazhlafazh dalam Al-Qur’an, baik yg dapat merubah arti ataupun tidak, sehingga menyalahi 'urf qurro (seperti 'ain dibaca hamzah, atau merubah harokat fathah menjadi dhommah, dll). Melakukan kesalahan ini dengan sengaja hukumnya haram.

2) Allahnul khofiyyu, adalah kesalahan yg terjadi ketika membaca lafazh-lafazh dalam Al-Qur’an yg menyalahi 'urf qurro, namun tidak sampai merubah arti. Seperti tidak membaca ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad wajib muttashil, dll. Melakukan kesalahan ini dengan sengaja hukumnya makruh.

 

d. Metode Inquiry Learning

a. Pengertian Metode

Istilah “metode” berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta artinya “melalui”, sedangkan hodos berarti “jalan atau cara”. Jadi, metode bisa dipahami sebagai jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dalam bahasa Arab, kata metode di ungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-thariqah, manhaj, atau al-wasilah. Al-Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, sedangkan al-wasilah berarti perantara atau mediator. Namun, kata Arab yang lebih dekat dengan metode adalah AlThariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kata Al-Thariqah juga banyak dijumpai dalam AlQur’an.

Metode merupakan salah satu “sub system” dalam” sistem pembelajaran”, yang tidak tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suaru tujuan.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

 

b. Pengertian Metode Inquiry dan Ciri-ciri Inquiry

1) Pengertian Metode Inquiry

Hanafiah dalam buku Pembelajaran Berbasis Riset, mengatakan Inquiry Learning adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Oleh karena itu proses pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry Learning menuntut keterlibatan secara sistematis, kritis, dan logis terhadap sebuah fenome na sehingga dapat menemukan apa yang diinginkan.

Pendekatan “Inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “Inquiry” adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar.

Pendekatan inquiry dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur bisu, tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat sebagai berikut dipenuhi: (a) guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa, (b) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan situasi belajar yang menyenangka, (c) adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, (d) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi, (e) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan (f) guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada saat kegiatan terjadwal. Dengan demikian dalam pendekatan inquiry model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah.

2) Ciri- ciri Inquiry Learning

Sanjaya dalam buku Pembelajaran Berbasis Riset menyatakan bahwa ciri-ciri inquiry learning yaitu: (a) metode inquiry learning menekankan kepada aktivitas siswa secara maksmal untuk mencari dan menemukan. (b) aktivitas kegiatan yang dilakukan siswa dalam metode inquiry learning diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. (c) metode inquiry learning mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.30 Diffly dan Sassman menyatakan sejumlah karakteristik inquiry learning,yaitu: (a) student directed (diarahkan pada siswa), connected to the realword (berkaitan dengan dunia nyata), (b) reaserch beased berdasarkanriset), informed by multiple resources (berdasarkan informasi dan berbagai sumber), (c) embedded with knowladge and skill, (bekaitan dengan pengetahuan dan kemampuan), (d) conducted over time (dilaksanakan sepanjang waktu), dan (e) concluded an end product, (disimpulkan dengan sebuah produk akhir).

Bertolak dari pendapat di atas, dapat simpulkan bahwa metode Inquiry Learning memiliki ciri-ciri:

a.       Penekanan kegiatan pada siswa (self directed) yang melibatkan kegiatan untuk meneliti sesuatu dan pemikiran kritis dan analitis.

b.      Penggunaan berbagai macam informasi sebagai pendukung penelitian, dan

c.       Berkhir dengan kesimpulan sebagai produk akhir dari kegiatan penemuan tersebut.

 

4. Prinsip-Prinsip Metode Inquiry Learning dan Strategi Inquiry Learning

1) Prinsip-Prinsip Metode Inquiry Learning Dalam penggunaan metode Inquiry, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatian oleh setiap guru, prinsip tersebut yaitu:

a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari metode Inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

b). Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.

c) Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

d) Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

e) Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

 

2) Strategi Latihan Inquiry (Inquiry Training)

Strategi inkuiri ini dikembangkan oleh Richard Suchman dalam Buku Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, untuk mengajar para siswa memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Meurut sachman kesadaran siswa terhadap proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan pada siswa bahwa segala pengetahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan munculnya teori-teori baru. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. Secara umum prinsip strategi inkuiri ini adalah sebagai berikut:

a.       Siswa akan bertanya (inquiry) jika mereka dihadapkan pada masalah yang membimbing/ kurang jelas.

b.      Siswa dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka.

c.       Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki.

d.      Inkuiri dalam kelompok dapat memperkaya khazaah pikiran dan membantu siswa belajar mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan mengharagai pendapat orang lain.

 

3) Tujuan Utama Strategi Inquiry learning

Tujuan utama pembelajaran yang berorientasi pada inquiry adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa sehingga mereka dapat menjadi pemecah masalah yang mandiri (independent promblem solver). Jarolimek berpendapat bahwa siswa tersebut perlu mengembangkan pemikiran skeptis tentang sesuatu hal dan peristiwa-peristiwa yang ada di dunia ini Pendapat yang lain dari Joice dan Weil yang mengatakan bahwa tujuan umum dari pendekatan inquiry ini adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan mencari jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu.

4) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inquiry Learning dan Kesulitan Menerapkan

a)      Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inquiry Learning

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode Inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

3) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

a)      Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b)      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inquiry serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

c)      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

4). Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan tekateki. Dikatakan teka-teki dalam merumuskan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.

 

5) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengirangira (berhipotesis) diri dari suatu permasalahan.

6) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

7) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kamampuan berpikir rasional.

8)Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yan hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

 

B. Penelitian yang Relevan

1.      Peningkatan Hasil Belajar Siswa atau santri Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Berwudhu, sholat, dan doa harian Melalui Metode Inkuiri di Lembaga  “AL-MUSYARROF” Tahun Ajaran 2021-2022 Desa Kandangan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

2.      Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa atau santri Pada Pelajaran Al-Qur’an di tunjang dengan buku pedoman fasholatan dari mettode ALLIMNA.

 

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran yang baik adalah apabila situasi kegiatan belajar mengajar diciptakan agar siswa aktif belajar, Salah satu upaya untuk pencapaian tujuan belajar siswa adalah dengan menggunakan metode dalam prose belajar mengajar. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Penggunaan metode diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada plajaran Al-Qur’an. Metode Inquiry merupakan salah metode dalam pembelajaran. Pendekatan “Inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “Inquiry” adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar.

Secara konseptual, hasil belajar berkaitan erat dengan prestasi belajar siswa atau perolehan belajar. Pembelajaran yang tinggi, umumnya hasil belajarnya akan baik. Sebaliknya, pembelajaran yang rendah, rendah pula hasil belajarnya. Demikian juga pembelajaran yang sedang-sedang saja, umumnya perolehan hasil belajarnya juga sedang-sedang saja.

 

 

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Untuk mencari jawaban dari permasalahan. Hiipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Inquiry Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi hukum bacaan yang terdapat dalam buku tajwid di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF.

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

 

A. Jenis Penelitian.

Penelitian yang digunakan peneliti yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas merupakanjembatan untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan penelitian di bidangpendidikan pada umumnya. Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.37

Dengan melaksanakan PTK, seorang guru akan dapat menemukanpenyelesaian masalah yang terjadi di kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajardi dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.

Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Jadi, PTK bertujuan unuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sedangkan secara khusus adalah : memperbaiki pembelajaran, menumbuh kembangkan budaya meneliti bagi guru, dan meningkatkan kolaborasi, meningkatnya pengalaman dan keterampilan guru, dan meningkatnya profesionalitas guru. PTK memiliki manfaat akademis, Praktis dan institusional. Manfaat akademis untuk membantu guru mendapatkan pengetahuan dan kemampuan memperbaiki kinerja secara profesional.

Menurut Suyanto dalam buku Penelitian Tindakan Kelas, PTK bermanfaat secara praktis, yakni: inovasi, pengembangan kurikulum, dan peningkatan profesionalisme guru secara berkelanjutan. Sedangkan manfaat institusional adalah meningkatnya kualitas pendidikan, meningkatnya hubungan kolegiat antar guru, dan memberikan kontribusi terhadap kemajuan sekolah.39

PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakuakn pada situasi alami serta ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.

 

 

 

B. Subjek Penelitian

Adapun subyek penelitian ini adalah para santri lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF Kandangan Senduro Lumajang  tahun pelajaran 2021/2022, yang berjumlah 78 peserta didik. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Inquiry Learning pada mata pelajaran baca Al-Qur’an materi hukum bacaan yang terdapat dalam buku tajwid di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF Kandangan Senduro Lumajang.

 

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF Kandangan Senduro Lumajang.

Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada waktu guru mapel tersebut absen dan peneliti di utus badali guru maapel tersebut.

 

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

b.      Tes

Tes yang dilakukan adalah sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam metode Inquiry dilakukan tes individu untuk mengetaui sejauh mana kepahaman yang sudah diserap. Dalam hal ini tes yang dilakukan bentuknya berupa pilihan berganda yang terdiri dari 20 soal. Apabila nilai yang benar diberi skor 5 sedangkan untuk soal yang salah diberi skor 0. Dan juga dilakuan tes lisan dimana siswa di tes membaca Al Qur’an  tentang hukum-hukum bacaa tajwid tersebut.

c.       Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi merupakan lembar yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan di dalam kelas, ini lebih akrab kita sebut buku prestasi, terdiri dari beberapa butir yang digunakan pengamat untuk menilai proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi setiap tindakan agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian.

d.      Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa merupakan lembar untuk menentukan pengetahuan dan latihan sesuai dengan komponen dasar yang diterapkan dalam rencana pembelajaran. Lembar kegiatan siswa akan dapat memberi pengaruh besar yang positif teritama kepada anak didik dalam proses pembelajaran untuk hasil belajar meningkatkan hasil belajarnya.

 

Secara umum hal ini bertujun untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan metode Inquiry Learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an siswa materi hukum bacaan dalam ilmu tajwid.

 

Analisis ini menggunakan analisis deskripsi yaitu mendeskripsikan hasil belajar mata pelajaran Al-Qur’an di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF  tahun ajaran 2021/2022.

 Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif melalui tes akan diolah dan dianalisis. Analisis data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan membandingkan isi catatan yang dilakukan kolaborator (guru pengampu) dan peneliti dengan harapan unsur subyektifitas dapat dikurangi.

.

                               

 

LAR GARUDA

Nama daging adalah : HISYAM FARUQ TSM YUWA KK. Nama ijazah/ktp dan selain nama daging : HISYAM FARUQ. Lahir di Kota Jember Kecamatan Ambulu Desa Andongsari Dusun Watukebo pada tanggal 19 Agustus 1985. Domisili di Kota Lumajang Kecamatan Senduro Desa Kandangan Dusun Tlutur.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama