Nama: HISYAM
FARUQ
NIM:
201944012681 (MADIN)
UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ATAU SANTRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY
LEARNING PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN MATERI HUKUM NUN SUKUN & TANWIN, HUKUM
MIM SUKUN, MADIN DAN TPQ ‘’AL-MUSYARROF’’ DESA KANDANGAN KECAMATAN SENDURO KAB.
LUMAJANG TAHUN AJARAN 2021-2022
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang
saling berhubungan. Diantara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah
metode. Pengkajian terhadap metode memang menjadi bahan diskusi yang aktual dan
menarik, sebab metode turut menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang
dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, metode mesti
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan zaman.
Pendidikan
sebagai sutau sistem, apabila dikaitkan dengan hasil belajar anak sebagai hasil
pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh anak didik saja, tetapi juga
faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri anak maupun dari luar
diri anak. Pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh faktor
keluarga dan lingkungan siswa tersebut tinggal. Seperti kurangnya perhatian
orang tua dalam pendidikan khususnya pada pembelajaran baca AlQur’an. Al-Qur’an
adalah wahyu Allah yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari
seluruh ajaran Islam. Sedangkan Hadis adalah sumber ajaran/ hukum Islam yang
kedua setelah Al-Qur’an dan Hadis mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap keberadaan Al-Qur’an, karena sebagian ayat Al-Qur’an memang merupakan
ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan dan perincian. Sebagai alat untuk
meresapi keyakinan dan ketundukan kepada Maha Pencipta, maka termasuk kedalam
ruang lingkup ini pelajaran membaca AlQur’an yang sesuai dengan segala
aturannya, ibadah dan keimanan.
Permasalahan
dalam pembelajaran, khususnya Al-Qur’an adalah bagaimana cara menyajikan materi
kepada siswa secara baik, sehingga tercipta interaksi edukatif. Kurangnya
perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar membuat siswa
jemu, hasilnya mutu pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Metode merupakan
bagian penting dalam pembelajaran. Seorang guru harus mampu menetapkan dan
menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan konten atau isi pembelajaran.
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Guru dalam melakukan proses pembelajaran harus menguasai
metode mengajar. Dengan menggunakan metode mengajar, guru akan mampu mengelola
pembelajaran secara baik.
Metode
pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan pembelajaran sehingga
pencapaian hasil belajar dapat optimal. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran
tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke
arah yang dicapai.
Metode
pembelajaran yang dipilih tentunya didasarkan pada kelogisan berpikir.
Kelogisan berpikir memiliki maksud bahwa metode pembelajaran biasanya
didasarkan pada prinsip menjelaskan materi dari konkret ke abstrak, dan dari
hal mudah ke hal yang sukar. Yaitu metode yang digunakan dalam pembelajaran
harus bisa membantu mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran.
Saat
ini metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Al-Qur’an di lembaga
‘’AL-MUSYARROF’’ yaitu guru menggunakan metode pembelajaran langsung atau lebih
dikenal dengan metode ceramah dan metode latihan. Kekurangan dari pembelajaran
langsung adalah siswa lebih banyak dijadikan sebagai objek, dan guru sebagai
subjek. Sehingga tampak bahwa siswa kurang semangat dalam belajar.
Akan
tetapi kami menggunakan sebuah mettode dari PCNU JEMBER yang bernama
‘’ALLIMNA’’ bisa menolak kefahaman metode ceramah, dikarenakan ada bimbingan
pedoman guru untuk berkreasi berinteraksi dengan siswa atau santri.
Hal
inilah yang menjadi dasar melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang
dilakukan. Jika hari ini guru kurang puas dengan proses pembelajaran, dia
berusaha memperbaikinya untuk besok, begitu seterusnya. Ketidakpuasan guru
dalam proses pembelajaran mencirikan adanya masalah. Masalah tersebut muncul
dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki.
Bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih dominan
akan diubah, dengan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa, untuk
lebih aktif. Salah satu metode yang banyak melibatkan siswa adalah metode
Inquiry.
Metode
Inquiry merupakan salah metode dalam pembelajaran. Pendekatan “Inquiry”
merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan
“Inquiry” adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar.
Metode
mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode
Tanya jawab.
Mempelajari
Hukum bacaan dalam belajar membaca Al-Quran sangatlah penting agar santri dapat
membaca AL-Quran sesuai dengan kaidah-kaidahnya agar dapat membaca dengan baik
dan benar.,dikarenakan Al-Quran di turunkan bersama dengan tajwidnya.
Adapun
dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Guru
dalam melakukan proses pembelajaran harus menguasai metode mengajar. Dengan
menggunakan metode mengajar, guru akan mampu mengelola pembelajaran secara
baik.
2. Metode
Inquiry Learning salah satu metode yang menempatkan siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka penulis ingin membuktikan kegunaan Metode Inquiry
Learning melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan mengambil judul: ” UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ATAU SANTRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY
LEARNING PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana
hasil belajar peserta didik pada pelajaran Al-Qur’an sebelum menggunakan metode
Inquiry Learning pada siswa atau santri di lembaga MADIN & TPQ
AL-MUSYARROF?
2. Bagaimana
hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Al-Qur’an setelah menggunakan
metode Inquiry Learning pada siswa atau santri di lembaga MADIN & TPQ AL-MUSYARROF?
3. Apakah
penerapan metode Inquiry Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar Al-Qur’an
Hadis di lembaga MADIN & TPQ AL-MUSYARROF?
C.
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik pada pelajaran Al-Qur’an terutama
tentang ilmu tajwid yang diterapkan dalam baca AL-QURAN.
2. Untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran baca Al-Qur’an
D.
Manfaat penelitian
Dengan
diadakan hasil penelitian ini diharapkan mendapat beberapa manfaat. Adapun manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat
memberikan masukan dan informasi secara teori metode Inquiry Learning pada
pembelajaran baca Al-Qur’an.
2. Sebagai
bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam mengembangkan peserta
didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran agama islam, khususnya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar.
3. Diharapkan
para peserta didik dapat terjadi peningkatan hasil belajar pada pembelajaran
baca Al-Qur’an.
4. Dapat
menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya proses pembelajaran dengan
metode Inquiry Learning pada pembelajaran baca AlQur’an.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Kerangka Teoritis
1.
Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah key
term, ’istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,
belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan dan
psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian
terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada
tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan
manusia.
Belajar juga memainkan
peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa)
di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya
yang lebih dahulu maju karena belajar.
Dalam perspektif
keagamaan pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap
orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan
derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 juga
berbunyi:
يَرْفَعِ اللهالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ
وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا العِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya:
“. . . Nisacaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang
beriman dan berilmu”.
Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak
hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan
dengan tuntunan zaman, selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi
kehidupan banyak orang di samping bagi kehidupan diri pemilik ilmu itu sendiri.
Morgan mengemukakan belajar adalah
setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Whiteringon mengemukakan belajar
adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian
atau suatu pengertian.
Belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya
sendiri.
Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut
pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil penelitian,
melainkan perubahan kelakuan.
Skinner, seperti yang dikutip Barlow
(1985) dalam bukunya Psikologi belajar : bahwa belajar sebagai “ Learning is a
process of progressive behaviour adaptation”. berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi perilaku yang berlangsung secara progresif. Ini berarti
bahwa sebagai akibat dari belajar terjadi suatu perubahan yang sifatnya
progresif, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Disamping itu, belajar juga menunjukkan suatu proses, yang
berarti membutuhkan waktu sampai mencapai sesuatu hasil, dan hasilnya merupakan
peilaku yang lebih sempurna dari pada perilaku sebeumnya. Dari definisi di atas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
yang bukan hanya mengingat tapi memahami dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan.
b.
Pengertian Hasil
Belajar Hasil belajar
seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasi belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan belajar”. 13 hasil
belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses
belajar mengajar.
Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman,
1999), belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan
tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan
dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil
belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam yaitu pengetahuan dan
keterampilan.
Pengetahuan
terdiri dari empat kategori, yaitu :
1) Pengetahuan
tentang fakta
2) Pengetahuan
tentang prosedural
3) Pengetahuan
tentang konsep
4) Pengetahuan
tentang prinsip
Keterampilan
juga terdiri dari empat kategori, yaitu :
1) Keterampilan untuk berpikir atau
keterampilan kognitif
2) Keterampilan untuk bertindak atau
keterampilan motorik
3) Keterampilan bereaksi atau bersikap
4) Keterampilan berinteraksi
Untuk memperoleh hasil
belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau
cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa
tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan
keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal
yang dipelajari disekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
Tujuan belajar adalah
sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan
belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang
baru, yang diharapkan dapat dicapai siswa.
Secara sederhana, yang
dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu prores
dari seeseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Dalam kegiatan kegiatan atau pembelajaran atau kagiatan
instruksional, biasanya guru menetap tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Dari definisi hasil
belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh seorang anak setelah melalui proses pembelajaran berupa
pengetahuan dan sifatnya cenderung menetap.
d.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan
intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang ingin dikuasai
siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.
Hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor
kemampuan siswa besar sekali pengaruh terhadap hail belajar yang dicapai.
Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 %
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.
Di samping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial , ekonomi,
dan faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli
pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi/sumbangan yang diberikan
oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa, merupakan hal yang logi dan
wajar, sebab hakikat perbuatan belajar dalah perubahan tingkah laku individu
yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan kadanya sesuatu kebutuhan
untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala upaya untuk
mencapainya.
Sungguhpun demikian
hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada
faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau
mempengaruhi hasil belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar
sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran
ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam
mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan
pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Menurut teori Gestalt,
belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa
raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik
yang berasaldari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya.
Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu
sendiri dan lingkungannya, pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah
laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani, maupun
rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasaran, kompetensi guru,
kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan,
keluarga, dan lingkungan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu ada dua, yaitu pertama, faktor
internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang
meliputi: kecerdasan, minat, motivasi, perhatian, serta kondisi fisik dan
kesehatan. Kedua, faktor eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik, yang meliputi: keluarga, sekolah dan
masyarakat.
e. Tujuan Hasil Belajar
Pelaksanaan penilaian hasil belajar pada proses belajar
mengajar bertujuan untuk:
1)
Mengetahui
kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota kelompok/kelas
setelah ia mengikuti pendidikan dan pembelajaran dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
2)
Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi
berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu
tertentu. Komponen pembelajaran itu misalnya menyangkut perumusan materi
pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, media, sumber belajar, dan
rancangan sistem penilaian yang dipilih.
3)
Menentukan tindak lanjut pembelajaran
bagi siswa, dan
4)
Membantu siswa untuk memilih sekolah,
pekerjaan, dan jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, perhatian, dan
kemampuannya.
Dari tujuan tersebut, menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar pada
dasarnya tidak hanya sekedar mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen
proses pembelajaran, seperti guru. Tujuan belajar pada
materi ini diharapkan :
1)
dapat menjelaskan tujuan penilaian hasil belajar;
2) dapat menyebutkan fungsi penilaian
hasil belajar metode, dan media pembelajaran.
Dengan mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses
pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain,
hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya
perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya
memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana
keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa.
Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama
lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses
pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan
pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut:
1) Alat
untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka
penilaian harus mengacu pada rumusanrumusan tujuan pembelajaran sebagai
penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
2) Umpan
balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam
hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi
pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.
3) Dasar
dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam
laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan pelajar siswa dalam
berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi
yang dicapainya.
f.
Efisiensi Hasil Belajar
Suatu kegiatan belajar
dapat dikatakan efisiensi kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai
dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini segala sesuatu yang digunakan
untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu,
peralatan belajar, dan lainlain hal yang relevan dalam kegiatan belajar.
Al-Qur’an merupakan
pedoman hidup umat Islam, penjamin keselamatan, baik di dunia maupun di
akhirat. Al-Qur’an atau sering pula disebut dengan kitabullah merupakan sumber
utama ajaran Islam. Di dalamnya terdapat berbagai prinsip dan ajaran dasar
Islam yang meliputi akidah, syari’ah dan akhlak. Mengingat pentingnya kedudukan
Al-Qur’an dalam Islam, ia menjadi objek utama dan pertama dalam hukum Islam
guna menetapkan suatu hukum. Lafaz dan makna Al-Qur’an langsung berasal dari
Allah SWT. sehingga segala sesuatu yang diilhamkan Allah SWT. kepada Nabi
Muhammad SAW.
Hukum membaca Al-Qur’an
dengan memakai aturan-aturan Tajwid, adalah fardhu ain, yang merupakan
kewajiban pribadi. Membaca Al-Qur’an sebagai sebuah ibadah haruslah
dilaksanakan sesuai ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum dalam Ilmu
Tajwid.
1)
Pengertian Idgham Bighunnah
Idgham Bighunnah adalah
hukum bacaan nun mati (ن)dan tanwin
apabila bertemu dengan huruf hidup dari salah satu huruf ya (ي)
nun (ن)mim
( م) wawu (و)sekira jadi satu, sehingga seperti huruf yang
bertasydid. Sedang ghunnahnya itu berarti memasukkan huruf yang hidup disertai
dengung. Bacaan Idgham Bilaghunnah yaitu : Ketentuan bacaan idghom bighunnah
tidak berlaku lagi jika nun mati berada dalam satu kata. Hukum bacannya wajib
dibaca idhar atau bunyi nun jelas dibaca tanwin/mati
2)
Pengertian Idgham Bilaghunnah
Idgham Bilaghunnah
adalah hukum bacaan nun mati (ن)atau tanwin
apabila bertemu dengan huruf hidup dari salah satu huruf lam (ل)dan ra (ر)dan
sekira jadi satu sehingga seperti huruf bertasydid. Bilaghunnah yaitu
memasukkan huruf tersebut dengan tidak berdengung. Cara membacanya : a) Bunyi
bacaan nun sukun atau tanwin dimasukkan kepada huruf idgam bilagunnah. b) Harus
memendekkan suara tanpa dengung dengan panjang setengah alif atau satu harkat.
c) Nun sukun atau tanwin ketika bertemu idgam bilagunnah harus pada dua
kalimat.
b.
Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah salah
satu mata pelajaran di TPQ maupun Madrasah Diniyyah yang menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dengan benar, serta hafalan terhadap
surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana
dari surat-surat pendek tersebut tentang
akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan
dan pembiasaan. Salah satu ruang lingkup mata Al-Qur’an adalah Pengetahuan
dasar membaca dan menulis Al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid.
c. Tujuan Pembelajaran
Ilmu Tajwid
Tujuan mempelajari ilmu
tajwid adalah untuk menjaga lidah agar terhindar dari kesalahan dalam membaca
Al-Qur’an. Kesalahan dalam membaca Al-Qur’an dibagi menjadi yaitu :
1) Allahnul jaliyyu,
adalah kesalahan yg terjadi ketika membaca lafazhlafazh dalam Al-Qur’an, baik
yg dapat merubah arti ataupun tidak, sehingga menyalahi 'urf qurro (seperti
'ain dibaca hamzah, atau merubah harokat fathah menjadi dhommah, dll). Melakukan
kesalahan ini dengan sengaja hukumnya haram.
2) Allahnul khofiyyu,
adalah kesalahan yg terjadi ketika membaca lafazh-lafazh dalam Al-Qur’an yg
menyalahi 'urf qurro, namun tidak sampai merubah arti. Seperti tidak membaca
ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad wajib muttashil, dll. Melakukan
kesalahan ini dengan sengaja hukumnya makruh.
d. Metode Inquiry Learning
a.
Pengertian Metode
Istilah “metode”
berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta artinya “melalui”, sedangkan
hodos berarti “jalan atau cara”. Jadi, metode bisa dipahami sebagai jalan yang
harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Jika dikaitkan
dengan pendidikan, maka metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dalam bahasa Arab, kata
metode di ungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-thariqah,
manhaj, atau al-wasilah. Al-Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem,
sedangkan al-wasilah berarti perantara atau mediator. Namun, kata Arab yang
lebih dekat dengan metode adalah AlThariqah yang berarti langkah-langkah
strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kata Al-Thariqah
juga banyak dijumpai dalam AlQur’an.
Metode merupakan salah
satu “sub system” dalam” sistem pembelajaran”, yang tidak tidak bisa dilepaskan
begitu saja. Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh
fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem
untuk mencapai suaru tujuan.
Metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti,
metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat
penting.
Keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara menggunakan
metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
b.
Pengertian Metode Inquiry dan Ciri-ciri Inquiry
1)
Pengertian Metode Inquiry
Hanafiah dalam buku
Pembelajaran Berbasis Riset, mengatakan Inquiry Learning adalah metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuan,
sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Oleh karena
itu proses pembelajaran yang menggunakan metode Inquiry Learning menuntut
keterlibatan secara sistematis, kritis, dan logis terhadap sebuah fenome na
sehingga dapat menemukan apa yang diinginkan.
Pendekatan “Inquiry”
merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan
“Inquiry” adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar.
Pendekatan inquiry
dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk
dilaksanakan di setiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan kultur
bisu, tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan inquiry
dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat sebagai berikut dipenuhi: (a) guru
harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas
(persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan
sesuai dengan daya nalar siswa, (b) guru harus terampil menumbuhkan motivasi
belajar siswa dan situasi belajar yang menyenangka, (c) adanya fasilitas dan
sumber belajar yang cukup, (d) adanya kebebasan siswa untuk berpendapat,
berkarya, berdiskusi, (e) partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan
belajar, dan (f) guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap
kegiatan siswa.
Metode mengajar yang
biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan
pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh
sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru.
Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada saat kegiatan
terjadwal. Dengan demikian dalam pendekatan inquiry model komunikasi yang
digunakan bukan komunikasi satu arah.
2)
Ciri- ciri Inquiry Learning
Sanjaya dalam buku
Pembelajaran Berbasis Riset menyatakan bahwa ciri-ciri inquiry learning yaitu:
(a) metode inquiry learning menekankan kepada aktivitas siswa secara maksmal
untuk mencari dan menemukan. (b) aktivitas kegiatan yang dilakukan siswa dalam
metode inquiry learning diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan. (c) metode inquiry learning mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.30 Diffly dan Sassman
menyatakan sejumlah karakteristik inquiry learning,yaitu: (a) student directed
(diarahkan pada siswa), connected to the realword (berkaitan dengan dunia
nyata), (b) reaserch beased berdasarkanriset), informed by multiple resources
(berdasarkan informasi dan berbagai sumber), (c) embedded with knowladge and
skill, (bekaitan dengan pengetahuan dan kemampuan), (d) conducted over time
(dilaksanakan sepanjang waktu), dan (e) concluded an end product, (disimpulkan
dengan sebuah produk akhir).
Bertolak dari pendapat
di atas, dapat simpulkan bahwa metode Inquiry Learning memiliki ciri-ciri:
a. Penekanan
kegiatan pada siswa (self directed) yang melibatkan kegiatan untuk meneliti
sesuatu dan pemikiran kritis dan analitis.
b. Penggunaan
berbagai macam informasi sebagai pendukung penelitian, dan
c. Berkhir
dengan kesimpulan sebagai produk akhir dari kegiatan penemuan tersebut.
4.
Prinsip-Prinsip Metode Inquiry Learning dan Strategi Inquiry Learning
1) Prinsip-Prinsip
Metode Inquiry Learning Dalam penggunaan metode Inquiry, terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatian oleh setiap guru, prinsip tersebut yaitu:
a) Berorientasi pada
Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari
metode Inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,
strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
b). Prinsip
Interaksi
Proses pembelajaran
pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
c)
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus
dilakukan dalam menggunakan metode inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir.
d)
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya
mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning
how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri
maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e)
Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu
proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh
sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
2)
Strategi Latihan Inquiry (Inquiry Training)
Strategi
inkuiri ini dikembangkan oleh Richard Suchman dalam Buku Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer, untuk mengajar para siswa memahami proses meneliti dan
menerangkan suatu kejadian. Meurut sachman kesadaran siswa terhadap proses
inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan pada siswa bahwa
segala pengetahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan munculnya
teori-teori baru. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa pendapat orang
lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. Secara umum prinsip strategi
inkuiri ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa
akan bertanya (inquiry) jika mereka dihadapkan pada masalah yang membimbing/
kurang jelas.
b. Siswa
dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka.
c. Strategi
berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang
telah mereka miliki.
d. Inkuiri
dalam kelompok dapat memperkaya khazaah pikiran dan membantu siswa belajar
mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan mengharagai pendapat orang lain.
3)
Tujuan Utama Strategi Inquiry learning
Tujuan utama
pembelajaran yang berorientasi pada inquiry adalah mengembangkan sikap dan
keterampilan siswa sehingga mereka dapat menjadi pemecah masalah yang mandiri
(independent promblem solver). Jarolimek berpendapat bahwa siswa tersebut perlu
mengembangkan pemikiran skeptis tentang sesuatu hal dan peristiwa-peristiwa
yang ada di dunia ini Pendapat yang lain dari Joice dan Weil yang mengatakan
bahwa tujuan umum dari pendekatan inquiry ini adalah membantu siswa
mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk
memunculkan masalah dan mencari jawabannya sendiri melalui rasa
keingintahuannya itu.
4)
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inquiry Learning dan Kesulitan Menerapkan
a) Langkah-langkah
Pelaksanaan Metode Inquiry Learning
Secara umum proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Inquiry dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
3)
Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi
ini adalah:
a) Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
b) Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inquiry serta tujuan setiap langkah,
mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
4). Merumuskan Masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
berpikir memecahkan tekateki. Dikatakan teka-teki dalam merumuskan masalah yang
ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat.
5)
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi
individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.
Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau
mengirangira (berhipotesis) diri dari suatu permasalahan.
6)
Mengumpulkan Data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inquiry, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
7)
Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kamampuan berpikir rasional.
8)Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam
proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh,
menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yan hendak
dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.
B.
Penelitian yang Relevan
1. Peningkatan
Hasil Belajar Siswa atau santri Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Materi Berwudhu, sholat, dan doa harian Melalui Metode Inkuiri di Lembaga “AL-MUSYARROF” Tahun Ajaran 2021-2022 Desa
Kandangan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
2. Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa atau santri Pada Pelajaran Al-Qur’an di
tunjang dengan buku pedoman fasholatan dari mettode ALLIMNA.
C.
Kerangka Berfikir
Pembelajaran
yang baik adalah apabila situasi kegiatan belajar mengajar diciptakan agar
siswa aktif belajar, Salah satu upaya untuk pencapaian tujuan belajar siswa
adalah dengan menggunakan metode dalam prose belajar mengajar. Keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara menggunakan
metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran. Penggunaan metode diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada plajaran Al-Qur’an. Metode
Inquiry merupakan salah metode dalam pembelajaran. Pendekatan “Inquiry”
merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan
“Inquiry” adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar.
Secara
konseptual, hasil belajar berkaitan erat dengan prestasi belajar siswa atau
perolehan belajar. Pembelajaran yang tinggi, umumnya hasil belajarnya akan
baik. Sebaliknya, pembelajaran yang rendah, rendah pula hasil belajarnya.
Demikian juga pembelajaran yang sedang-sedang saja, umumnya perolehan hasil
belajarnya juga sedang-sedang saja.
D.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Untuk mencari jawaban
dari permasalahan. Hiipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan
menggunakan metode Inquiry Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi
hukum bacaan yang terdapat dalam buku tajwid di lembaga MADIN DAN TPQ
AL-MUSYARROF.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.
Penelitian
yang digunakan peneliti yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (Classroom
Action Research). Penelitian Tindakan Kelas merupakanjembatan untuk mengatasi
berbagai masalah kekurangan penelitian di bidangpendidikan pada umumnya.
Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam
kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas
atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.37
Dengan
melaksanakan PTK, seorang guru akan dapat menemukanpenyelesaian masalah yang
terjadi di kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam
teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara
bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajardi dalam kelas,
tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu
bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah
aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Tujuan utama PTK adalah untuk
memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari
jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan
dilakukan. PTK bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesinya.
Tujuan
khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki
atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Jadi, PTK bertujuan
unuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sedangkan
secara khusus adalah : memperbaiki pembelajaran, menumbuh kembangkan budaya
meneliti bagi guru, dan meningkatkan kolaborasi, meningkatnya pengalaman dan keterampilan
guru, dan meningkatnya profesionalitas guru. PTK memiliki manfaat akademis,
Praktis dan institusional. Manfaat akademis untuk membantu guru mendapatkan
pengetahuan dan kemampuan memperbaiki kinerja secara profesional.
Menurut
Suyanto dalam buku Penelitian Tindakan Kelas, PTK bermanfaat secara praktis,
yakni: inovasi, pengembangan kurikulum, dan peningkatan profesionalisme guru
secara berkelanjutan. Sedangkan manfaat institusional adalah meningkatnya
kualitas pendidikan, meningkatnya hubungan kolegiat antar guru, dan memberikan
kontribusi terhadap kemajuan sekolah.39
PTK
merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas
pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang
dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan
masalah. Tindakan tersebut dilakuakn pada situasi alami serta ditujukan untuk
memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang
sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan
dalam suatu siklus kegiatan.
B.
Subjek Penelitian
Adapun
subyek penelitian ini adalah para santri lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF
Kandangan Senduro Lumajang tahun pelajaran
2021/2022, yang berjumlah 78 peserta didik. Adapun objek dalam penelitian ini
adalah Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Inquiry
Learning pada mata pelajaran baca Al-Qur’an materi hukum bacaan yang terdapat
dalam buku tajwid di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF Kandangan Senduro
Lumajang.
C.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF Kandangan Senduro
Lumajang.
Penentuan
waktu penelitian ini mengacu pada waktu
guru mapel tersebut absen dan peneliti di utus badali guru maapel tersebut.
D. Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
b. Tes
Tes yang dilakukan
adalah sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari. Dalam metode Inquiry dilakukan tes individu untuk mengetaui sejauh
mana kepahaman yang sudah diserap. Dalam hal ini tes yang dilakukan bentuknya
berupa pilihan berganda yang terdiri dari 20 soal. Apabila nilai yang benar
diberi skor 5 sedangkan untuk soal yang salah diberi skor 0. Dan juga dilakuan tes lisan dimana siswa di tes membaca
Al Qur’an tentang hukum-hukum bacaa
tajwid tersebut.
c. Lembar
Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi
merupakan lembar yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan di dalam
kelas, ini lebih akrab kita sebut buku prestasi, terdiri dari beberapa butir
yang digunakan pengamat untuk menilai proses pembelajaran. Lembar observasi
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi setiap tindakan agar kegiatan
observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian.
d. Lembar
Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa
merupakan lembar untuk menentukan pengetahuan dan latihan sesuai dengan
komponen dasar yang diterapkan dalam rencana pembelajaran. Lembar kegiatan
siswa akan dapat memberi pengaruh besar yang positif teritama kepada anak didik
dalam proses pembelajaran untuk hasil belajar meningkatkan hasil belajarnya.
Secara umum hal ini
bertujun untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata
secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin
tentang penerapan metode Inquiry Learning dalam upaya meningkatkan hasil
belajar Al-Qur’an siswa materi hukum bacaan dalam ilmu tajwid.
Analisis ini
menggunakan analisis deskripsi yaitu mendeskripsikan hasil belajar mata
pelajaran Al-Qur’an di lembaga MADIN DAN TPQ AL-MUSYARROF tahun ajaran 2021/2022.
Dalam teknik ini data yang diperoleh secara
sistematis dan obyektif melalui tes akan diolah dan dianalisis. Analisis data
untuk tujuan tindakan dilakukan dengan membandingkan isi catatan yang dilakukan
kolaborator (guru pengampu) dan peneliti dengan harapan unsur subyektifitas
dapat dikurangi.
.