Islam di NUsantara

Strategi Mempertahankan Pesantren Salafiyah di Tengah Arus Globalilasi


INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH KENCONG JEMBER


Pondok pesantren tradisional sebagai lembaga dan wahana pendidikan Islam yang mengandung makna indigenous Indonesia telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa mentransfer ilmu-ilmu keislaman, memelihara tradisi keislaman, dan mentransmisikan Islam. Pondok pesantren tradisional yang berada di perkampungan global (global village), pada satu sisi dihadapkan pada konsep bahwa hanya sebahagian kecil saja penghuninya yang mampu memelihara nilai, tradisi, kebudayaan, kelembagaan, sistem pendidikan. Sedangkan yang lain terhanyut oleh arus global. Sementara pada sisi lain globalisasi menyebabkan penyusutan pranata sosial dan budaya lokal, atau justru dapat memotivasi penghuninya untuk memunculkan upaya-upaya melestarikan jati diri, identitas diri, apakah dalam format agama, budaya, kebangsaan, ras, atau membangkitkan kembali tradisi dan landasan-landasan religius. Hal ini menarik penulis untuk mengeksplorasi sejauh mana globalisasi mempengaruhi sistem pendidikan yang bernuansa tradisional yang melekat pada pondok pesantren dan bagaimana cara pondok pesantren mengantisipasi arus globalisasi tersebut. Globalisasi tidak berpengaruh pada wilayah akidah komunitas pondok pesantren, Globalisasi berpengaruh pada kehidupan santri, pendidik, lembaga, metode, evaluasi. Santri yang terpengaruh diperkenalkan media global berupa laboratorium bahasa dan internet, serta pembekalan ilmu dibidang pertanian. Pendidik telah terpengaruh globalisasi informasi dan komunikasi yang teridentifikasi dengan dikonsumsinya produk-produk global. Pola kepemimpinan yang semula bercorak kharismatik-peternalistik cenderung demokratis, sebagai akibat terpengaruh isu kepemimpinan global yang cenderung demokratis. Media pendidikan pondok pesantren di era globalisasi telah menggunakan produk-produk global. Globalisasi berdampak terhadap tujuan pondok pesantren dalam mencetak kader-kader ulama, tafaqquh fi al-din, tata nilai Islam, tradisionalisme, kemapanan terhadap pembelajaran kitab kuning. Guna mencegah timbulnya polarisasi dalam berbagai skala geografis yang dapat menimbulkan konflik-konflik nilai sebagai akibat adanya jaringan komunikasi dan produk budaya global, dan agar tradisi dan nilai-nilai tradisional tetap terpelihara, pondok pesantren melakukan kebijakan antisipatif antara lain, meneguhkan tradisi Islam dan nilai-nilai substantif Islam lewat pembelajaran kitab kuning, pelestarian tempat tinggal santri seperti awal mula kemunculannya, mengembangkan paradigma tidak mendikotomikan ilmu, memberikan fasilitas-fasilitas pendidikan yang modern, dan keterampilan pertanian.

LAR GARUDA

Nama daging adalah : HISYAM FARUQ TSM YUWA KK. Nama ijazah/ktp dan selain nama daging : HISYAM FARUQ. Lahir di Kota Jember Kecamatan Ambulu Desa Andongsari Dusun Watukebo pada tanggal 19 Agustus 1985. Domisili di Kota Lumajang Kecamatan Senduro Desa Kandangan Dusun Tlutur.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama